ambil dari blog ini karena si non disuruh vaksin IPD sama dsa-nya.. jadi ingin tahu, apakah memang harus diambil.. hik.. harganya itu lho.. mahal banget.. dan vaksinnya pun 4x, diulang tiap 2 bulan.. *mata berkunangkunang dan momo pingsan dengan sukses* x___X;;
WASPADAI PENYAKIT PNEUMOKOKUS!
Hingga
saat ini, menurut data WHO, ada 1 juta balita meninggal setiap tahun
akibat penyakit yang disebut Invasive Pneumoccoccal Disease (IPD).
Penyakit ini cukup berbahaya dan tidak jarang menyebabkan kematian pada
anak balita. Menurut dr. Sukman Tulus Putra, Sp.A.(K), FACC, FESC,
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), orangtua
hendaknya tetap waspada terhadap bahaya serangan penyakit IPD karena
dapat mengancam nyawa, terutama pada anak di bawah usia 2 tahun.
MENYEBAR DI UDARA
Saat
ini, dari sekitar 25 juta balita di Indonesia, sebagian besar
berpotensi terkena serangan IPD. Oleh karena itu IDAI merasa perlu
mensosialisasikan bahaya penyakit IPD kepada seluruh masyarakat
meski kenyataannya kita masih bergelut dengan berbagai penyakit
Infeksi lain seperti demam berdarah dengue dan polio.
IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus pneumoniae).
Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi
selaput otak (meningitis) yang biasa disebut radang otak.
Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah menjadi pembawa (carrier)
bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Oleh
karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi
terkena IPD.
Bakteri ini menyebar di udara (airborne disease)
melalui cairan/lendir hidung dan tenggorokan saat seseorang
bersin dan batuk. Saat bersin atau batuk, jutaan partikel air liur
yang sangat kecil terlontar dengan kecepatan 100 meter per detik.
Partikel tersebut umumnya berdiameter sekitar 10-100 mikrometer.
Partikel ini akan segera berubah menjadi partikel yang lebih kecil
lagi (droplet nuclei) berukuran 1-4 mikrometer dan berisi
virus atau bakteri. Inilah yang menjadi sarana penularan yang sangat
cepat. Itulah sebabnya interaksi antara anak dan manula yang
mengidap penyakit ini terus menerus, serta antarbayi dan anak di
tempat-tempat umum, kendaraan umum, likungan tetangga, tempat
penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain (playgroup), merupakan lokasi potensial bagi penyebaran bakteri IPD ini.
SAKIT TELINGA SAMPAI AJAL MENJEMPUT
Infeksi pneumokokus merupakan infeksi bakteri yang menyerang berbagai bagian tubuh.
* Jika bakteri pneumokokus masuk ke dalam aliran darah, dikenal sebagai pneumokokus bakteremia.
* Jika bagian otak tertentu yang terserang, dikenal sebagai meningitis (radang/infeksi selaput otak).
* Jika bakteri pneumokokus menyerang paru-paru, dikenal sebagai pneumonia atau radang/infeksi paru.
* Jika telinga yang terinfeksi, dikenal sebagai otitis media akut.
Apabila
terjadi bakteremia, akan muncul gangguan berbagai organ tubuh
(disebut sepsis) yang akhirnya berujung pada kegagalan fungsi
organ (multiorgan failure). Selain itu, pneumokokus juga
bisa menyebabkan penyakit lokal yang bersifat non-invasif, seperti
infeksi telinga tengah, radang paru dan sinusitis.
Yang
paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada
kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17%
penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang.
Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan
permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang
selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam,
keterbelakangan mental dan kelumpuhan.
Di Indonesia, saat ini pneumokokus menjadi salah satu dari dua penyebab utama meningitis bakteri anak-anak. Meskipun penyakit pneumokokus memuncak pada anak usia 12 bulan, kasus meningitis mungkin mulai terjadi dari usia 2 bulan.
CEGAH DENGAN IMUNISASI
Infeksi
yang disebabkan pneumokokus adalah penyebab angka kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi pada anak-anak
di seluruh dunia. Berdasarkan data epidemologis, infeksi
pneumokokal menyebabkan lebih dari 1 juta kematian anak-anak
terutama di negara berkembang.
Pada
dasarnya IPD dapat diobati dengan antiobiotik. Akan tetapi
pengobatan IPD jadi semakin sulit dengan meningkatnya resistensi
bakteri pneumokokus terhadap beberapa jenis antiobiotik, misalnya
penisilin. Lagi pula penggunaan antibiotik untuk infeksi telinga
dapat mengurangi efektivitas antibiotik itu sendiri selain
meningkatkan jumlah carrier terhadap organisma yang resisten di dalam saluran pernapasan.
Itulah
sebabnya, pencegahan lebih diperlukan daripada pengobatan.
Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat
saat ini resistensi kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin
meningkat. Karena anak-anak di bawah usia 1 tahun memiliki risiko
paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar pemberian
imunisasi dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah
ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun.
Cara
bekerjanya, merangsang sistem kekebalan dan menciptakan memori
pada sistem kekebalan tubuh. Injeksi vaksin pneumokokus ke dalam
tubuh memberikan pengenalan sistem kekebalan tubuh pada 7
jenis/serotipe bakteri pneumokokus yang paling umum menyerang bayi
dan anak. Dengan pemberian vaksin, serangan bakteri ini di
kemudian hari dapat dicegah. Studi klinis tahun 2003 menunjukkan
pengurangan jumlah bayi penderita IPD sebanyak 78% setelah anak
divaksinasi saat berusia di bawah 2 tahun. Bahkan FDA (Food and Drug Administration)
di AS menyutujui vaksin pneumokokus sebagai satu-satunya vaksin
untuk mencegah IPD pada bayi dan anak sekaligus merekomendasikan
bayi dan anak di bawah usia 2 tahun untuk mendapat vaksin
pneumokokus. Tak heran kalau vaksin ini diwajibkan di Amerika Serikat,
Australia dan Eropa, sedangkan di Indonesia baru mulai
diperkenalkan pada tahun 2006 ini.
Reaksi terhadap vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam ringan < 380 Celcius, rewel, mengantuk (drowsy),
dan beberapa reaksi ringan lainnya yang biasa ditemui pada
pemberian berbagai jenis vaksin. Orangtua dapat berkonsultasi
dengan dokter spesialis anak mengenai jadwal pemberian vaksin
pneumokokus baru untuk bayi dan anak di bawah 2 tahun sesuai
kondisi kesehatan dan usia anak. Demi mencegah bahaya penyakit ini,
setiap anak di bawah usia 2 tahun memang seyogyanya dapat
divaksin.
GEJALANYA MIRIP DEMAM
Gejala
IPD yang umum diantaranya napas cepat sesak, nyeri dada,
menggigil disertai batuk dan demam dengan masa inkubasinya 1-3
hari. Namun gejala yang lebih spesifik bisa ditemui tergantung
pada bagian tubuh mana yang diserang.
Otitis
media yang berakibat infeksi pada telinga tengah, contohnya, juga
memunculkan gejala lain seperti nyeri telinga, demam, rewel, dan
gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Infeksi telinga
tengah cenderung terjadi berulang pada masa bayi dan kanak-kanak.
Kalau sudah begini sangat mungkin si anak akan mengalami gangguan
pendengaran yang bersifat menetap dan mengalami keterlambatan
bicara.
Sayangnya,
gejala bakteremia pada bayi kadang sulit diketahui karena awalnya
serupa dengan infeksi virus biasa seperti bayi menderita demam
tinggi dan terus-menerus rewel, diikuti atau tanpa infeksi saluran
pernapasan. Sementara meningitis menunjukkan gejala seperti demam
tinggi, nyeri kepala hebat, mual, muntah, diare, leher kaku, dan
takut pada cahaya (photophobia). Selain itu bayi juga tampak
rewel, lemah dan lesu (letargik), menolak makan dan pada
pemeriksaan teraba ubun-ubunnya menonjol, dapat terjadi penurunan
kesadaran dan kejang.
Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae
merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2
tahun. Meningitis karena bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan
kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila sembuh pun sering kali
meninggalkan kecacatan permanen.
|
No comments:
Post a Comment